ChatGPT Sebagai Mitra Diskusi Akademik: Pengalaman Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA

Mahasiswa Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mulai memanfaatkan ChatGPT sebagai mitra diskusi akademik. Sejak diperkenalkan pada awal 2024, teknologi ini telah membantu mahasiswa memperdalam pemahaman teori, menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks, hingga mengeksplorasi ide-ide baru untuk penelitian. Pengalaman mahasiswa menunjukkan bahwa ChatGPT menjadi solusi inovatif untuk mendukung proses belajar mandiri yang lebih efektif dan interaktif.
Salah satu mahasiswa, Kholis, mengungkapkan bahwa ChatGPT sangat membantu saat ia mengalami kebuntuan dalam merumuskan pertanyaan penelitian. “Ketika saya bingung menentukan fokus penelitian, saya mengetikkan ide awal di ChatGPT, lalu mendapatkan beberapa opsi perspektif yang bisa saya kembangkan. Ini sangat memperkaya proses saya,” jelasnya.
Tidak hanya itu, ChatGPT juga membantu mahasiswa dalam memahami teori-teori pendidikan yang rumit. Dalam proses diskusi, mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan langsung kepada ChatGPT untuk mendapatkan penjelasan mendalam atau membandingkan berbagai pendekatan. “Saya menggunakan ChatGPT untuk memahami alur pemikiran filsuf pendidikan seperti Dewey dan Freire. Penjelasannya cukup ringkas dan relevan,” tambah Fajar Nugroho, mahasiswa lainnya.
Dr. Rofik Jalal Rosyanafi, M.Pd. salah satu dosen pembimbing di program S3, melihat manfaat ChatGPT sebagai sarana pelengkap pembelajaran. Ia mengatakan, “ChatGPT memberikan ruang diskusi tambahan di luar jam perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan pemahaman mereka secara mandiri. Namun, mereka tetap perlu melakukan validasi terhadap informasi yang diperoleh.”
Di sisi lain, mahasiswa juga mengapresiasi kemampuan ChatGPT dalam mendukung penyusunan argumentasi. Dengan meminta pandangan atau simulasi diskusi, mahasiswa merasa lebih percaya diri dalam menulis artikel ilmiah atau proposal disertasi. Walaupun demikian, para dosen mengingatkan agar mahasiswa tetap kritis dan tidak sepenuhnya bergantung pada teknologi.