Menatap Tahun Baru 2025: Proxy Dilirik Sebagai Inovasi Pembelajaran Daring di Perguruan Tinggi
berita terkait
- Associate Prof. Dr. Fonny Dameaty Hadirkan Perspektif Masa Depan Pendidikan Nonformal di Era Digital dalam Kuliah Tamu S3 Ilmu Pendidikan UNESA
- Kuliah Tamu S3 Ilmu Pendidikan UNESA Bersama Prof. Dr. Anik Ghufron Kupas Tuntas Evaluasi Kebijakan Pendidikan Makro
- Musim Hujan dan Puasa Ramadan: Dampaknya pada Mobilitas dan Kegiatan Perkuliahan
- Ramadan dan Perubahan Iklim: Bagaimana Mahasiswa Bisa Beradaptasi dengan Aktivitas Kuliah?
- Rumah Pendidikan Fasilitasi Download Video TikTok sebagai Sumber Pengayaan Materi Belajar
24 Desember 2024 | Dr. Rofik Jalal Rosyanafi, M.Pd.
Surabaya – Perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), kian serius menggarap penggunaan proxy sebagai inovasi di bidang pembelajaran daring. Menjelang tahun baru 2025, mahasiswa dan dosen sama-sama berupaya menyelaraskan metode kuliah online dengan akses tak terbatas ke sumber belajar internasional.
Dr. Widodo, M.Pd., salah satu dosen pembimbing, menilai bahwa layanan proxy dapat memudahkan integrasi materi dari jurnal internasional ke dalam perkuliahan. “Dari segi akademik, proxy memungkinkan kita untuk menjelajah lebih banyak ragam sumber tanpa terbatasi paywall. Hal ini relevan dengan tuntutan era digital yang menghendaki materi lintas budaya dan lintas negara,” paparnya.
Sementara itu, Fahmi, mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan, bercerita bagaimana ia terbantu dalam proses pengumpulan data riset. “Saya perlu membandingkan model pembelajaran dari beberapa negara. Dengan proxy, saya bisa mengunduh laporan dan studi kasus internasional secara lebih efisien, lalu mendiskusikannya di kelas virtual,” ujar Fahmi.
Menurut Fahmi, dukungan proxy juga berdampak positif pada interaksi di kelas daring. Mahasiswa dapat mempresentasikan hasil telaah pustaka global yang belum banyak diketahui teman-teman satu angkatan. Hal ini menumbuhkan budaya literasi yang kompetitif namun konstruktif.
Meski demikian, Dr. Wiwin Yulianingsih, M.Pd. mengingatkan perlunya sistem pendukung (support system) di kampus. “Keandalan teknologi harus diiringi oleh pelatihan, bimbingan, dan pemahaman etika pemanfaatan proxy. Jadi mahasiswa tidak keliru menggunakan sumber atau melanggar hak cipta,” jelasnya.
Memasuki tahun baru 2025, UNESA melalui Program S3 Ilmu Pendidikan menegaskan komitmen untuk semakin memfasilitasi civitas akademika dalam memanfaatkan proxy. Diharapkan, langkah ini akan terus mendorong inovasi pembelajaran daring sekaligus meningkatkan reputasi perguruan tinggi di kancah internasional.
“Jika teknologi dikelola dengan bijak, peluang riset dan kerja sama akademik akan makin terbuka lebar. Ini kesempatan emas bagi kita semua untuk menyusun kurikulum, materi ajar, dan penelitian yang berstandar global,” pungkas Dr. Widodo.