Mahasiswa Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mulai memanfaatkan ChatGPT untuk meningkatkan kompetensi menulis akademik. Sejak pertengahan tahun 2024, teknologi kecerdasan buatan ini digunakan secara intensif dalam proses penyusunan artikel ilmiah, disertasi, serta laporan penelitian. Melalui studi kasus yang dilakukan oleh tim dosen pembimbing, terlihat bahwa penggunaan ChatGPT dapat mempercepat proses brainstorming, penataan argumen, serta perbaikan tata bahasa dan ejaan, sehingga kualitas tulisan akademik menjadi lebih baik.
Dalam studi kasus tersebut, sejumlah mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan di UNESA diberikan akses untuk menggunakan ChatGPT selama beberapa bulan. Mereka diminta untuk mengerjakan berbagai jenis penulisan akademik, mulai dari telaah literatur, proposal penelitian, hingga artikel untuk jurnal internasional. ChatGPT hadir sebagai asisten virtual yang dapat memberikan saran struktur tulisan, menyarankan sumber referensi terkait, dan memperbaiki kesalahan tata bahasa.
Dr. Gunarti Dwi Lestari, salah satu dosen pembimbing, mengungkapkan bahwa ChatGPT membantu mahasiswa mempercepat proses konseptualisasi ide. “Mahasiswa seringkali mengalami kesulitan dalam memulai paragraf pembuka atau merumuskan argumen yang tepat. Dengan bantuan ChatGPT, mereka dapat mencoba berbagai kerangka penulisan dan memilih yang paling sesuai dengan topik penelitian,” ujarnya.
Salah seorang mahasiswa, Fajar Nugroho, mengakui bahwa penggunaan ChatGPT memperbaiki kualitas tulisannya. “Awalnya, saya sering mengalami masalah dengan penggunaan istilah akademik yang tepat. ChatGPT memberikan rekomendasi kata atau frasa yang lebih sesuai, sekaligus membantu saya merapikan alur tulisan. Ini membuat saya lebih percaya diri dalam mengirimkan artikel ke jurnal internasional,” ungkapnya.
Meski demikian, para dosen tetap menekankan bahwa ChatGPT hanyalah alat bantu, bukan pengganti kemampuan kritis dan analitis mahasiswa. Mereka didorong untuk tetap melakukan validasi terhadap saran yang diberikan oleh ChatGPT. “Pada akhirnya, kualitas tulisan akademik harus didasarkan pada pemahaman dan penguasaan ilmu. Teknologi memudahkan, tetapi tidak boleh mengaburkan nilai dari pemikiran orisinal mahasiswa,” tegas Dr. Ali Yusuf, dosen pembimbing lainnya.
Studi kasus ini menunjukkan bahwa kecerdasan buatan dapat menjadi mitra yang efektif dalam mendukung peningkatan kompetensi menulis akademik. Dengan penyesuaian dan pemanfaatan yang tepat, teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mahasiswa menjadi lebih produktif dan berkualitas dalam menghasilkan karya ilmiah. Ke depan, UNESA berencana mengintegrasikan pelatihan penggunaan teknologi ini ke dalam kurikulum, sehingga para lulusan S3 Ilmu Pendidikan siap berkontribusi secara signifikan dalam dunia akademik global.