Dosen Universitas Negeri Surabaya Menggunakan ChatGPT untuk Mengembangkan Kurikulum Inovatif S3 Ilmu Pendidikan

Dosen Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan ChatGPT untuk mengembangkan kurikulum inovatif yang lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman. Inisiatif ini dilakukan secara kolaboratif di lingkungan kampus sepanjang tahun 2024. Dengan dukungan ChatGPT, dosen mampu merancang kurikulum berbasis data, mengintegrasikan teknologi terbaru, dan menyelaraskan materi ajar dengan tantangan pendidikan global.
Pemanfaatan ChatGPT oleh para dosen UNESA dimulai sebagai bagian dari upaya memperbarui kurikulum Program Doktor Ilmu Pendidikan. Menurut Dr. Rofik Jalal Rosyanafi, M.Pd., salah satu anggota tim pengembangan kurikulum, teknologi ini membantu mereka menganalisis kebutuhan pasar pendidikan dan menyelaraskannya dengan visi institusi. "ChatGPT mempermudah kami untuk melakukan analisis tren global di bidang pendidikan dan mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam kurikulum," ungkapnya.
Dalam proses pengembangan, ChatGPT digunakan untuk menyusun draf struktur kurikulum, mengevaluasi kelengkapan materi ajar, dan memberikan rekomendasi pengembangan modul yang inovatif. Dosen juga memanfaatkan ChatGPT untuk mengidentifikasi literatur terkini yang relevan dengan mata kuliah baru. Prof.Dr. I Ketut Atmaja Johny Artha, M.Kes., salah satu pengajar senior, menjelaskan, “ChatGPT membantu kami mengeksplorasi pendekatan pembelajaran berbasis teknologi yang relevan, seperti gamifikasi dan pembelajaran berbasis proyek.”
Lebih lanjut, ChatGPT mendukung tim dosen untuk menyusun capaian pembelajaran yang lebih terukur dan relevan. Salah satu hasil nyata adalah penyempurnaan deskripsi mata kuliah seperti Teori Pembelajaran Inovatif dan Riset Pendidikan Multidisipliner. Teknologi ini memungkinkan dosen untuk menguji berbagai skenario pembelajaran dan menyimulasikan dampaknya terhadap mahasiswa.
Namun, para dosen tetap menekankan bahwa ChatGPT bukanlah pengganti kreativitas dan wawasan manusia, melainkan alat pendukung untuk mempercepat proses kerja. Untuk memastikan hasil yang optimal, pengembangan kurikulum tetap melalui tahapan validasi oleh tim ahli dan peninjauan bersama para pemangku kepentingan, termasuk mahasiswa dan alumni.
Langkah inovatif ini menunjukkan komitmen UNESA dalam menghadirkan pendidikan yang relevan dengan tuntutan era digital. Ke depan, pemanfaatan teknologi seperti ChatGPT diharapkan dapat terus dioptimalkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis, kolaboratif, dan visioner. Dengan demikian, lulusan Program S3 Ilmu Pendidikan UNESA mampu menjadi agen perubahan yang kompeten dan inovatif di bidang pendidikan.