Revolusi Pendidikan di Era AI: Praktik Baik Pemanfaatan ChatGPT oleh Dosen S3 Ilmu Pendidikan

Dosen Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk merevolusi metode pengajaran dan penelitian. Dengan integrasi teknologi ini, dosen mampu menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, mengembangkan kurikulum inovatif, hingga memfasilitasi diskusi akademik yang lebih produktif. Praktik baik ini menjadi bukti nyata bagaimana AI dapat mendukung revolusi pendidikan di era digital.
Revolusi pendidikan di era kecerdasan buatan (AI) kian terasa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), khususnya di Program S3 Ilmu Pendidikan. Para dosen kini memanfaatkan ChatGPT, sebuah platform berbasis AI, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan penelitian. Pemanfaatan teknologi ini bukan sekadar tren, tetapi telah menjadi bagian integral dari praktik akademik.
Dr. Rofik Jalal Rosyanafi, M.Pd., salah satu dosen senior, menyampaikan bahwa ChatGPT telah menjadi mitra penting dalam proses pembimbingan disertasi mahasiswa. “Dalam diskusi dengan mahasiswa, saya sering menggunakan ChatGPT untuk mengeksplorasi ide-ide penelitian. Teknologi ini membantu kami menemukan perspektif baru atau menyederhanakan konsep-konsep yang kompleks,” ujarnya.
Selain itu, ChatGPT juga digunakan dalam pengembangan kurikulum. Prof. Dr. Gunarti Dwi Lestari menjelaskan bahwa ChatGPT membantu menyusun rancangan pembelajaran berbasis data terkini dan relevansi global. “Kami dapat memanfaatkan ChatGPT untuk mendapatkan wawasan tentang tren pendidikan di berbagai negara dan menyelaraskannya dengan kebutuhan lokal. Hasilnya, kurikulum menjadi lebih inovatif dan responsif terhadap tantangan global,” tuturnya.
Pemanfaatan ChatGPT juga terlihat dalam perkuliahan. Dosen menggunakan teknologi ini untuk menciptakan diskusi kelas yang lebih interaktif. Dengan menampilkan simulasi diskusi atau studi kasus berbasis AI, mahasiswa menjadi lebih antusias dalam berdialog dan mengembangkan argumen. “Ini seperti memiliki asisten virtual yang selalu siap membantu menjawab pertanyaan,” kata Dr. Widodo, M.Pd..
Namun, para dosen juga menyadari pentingnya penggunaan teknologi ini secara bijak. Mereka mengajarkan mahasiswa untuk tetap kritis terhadap informasi yang diperoleh dari ChatGPT. “Teknologi hanyalah alat. Penting bagi kita untuk tetap menjaga independensi berpikir dan kemampuan analitis,” tambah Prof. Dr. I Ketut Atmaja Johny Artha.
Praktik baik pemanfaatan ChatGPT oleh dosen S3 Ilmu Pendidikan UNESA menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan dapat mendukung inovasi dalam dunia pendidikan. Dengan pemanfaatan yang bijaksana, ChatGPT tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga pendorong transformasi pendidikan yang relevan dengan kebutuhan era digital. Langkah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya dalam memanfaatkan teknologi untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik.